Kamis, 17 November 2011

Perang yang Sebenarnya

Ghazwul Fikri atau perang pemikiran merupakan kondisi nyata saat ini, sadar atau tidak sebenarnya kita saat ini dalam kondisi perang pemikiran. Ada beberapa perang  seperti perang politik yakni perang yang memperebutkan pengaruh (Qs : 6: 123, 127), perang militer (Qs 2: 217, 9:36, 4: 102), perang ekonomi (9: 341) dan perang pemikiran.
            Kalau diruntutkan, perang pemikiran melalui beberapa fase yakni fase sebelum jatuhnya khilafah (1924): orientalis,kristenisasi memutuskan hubungan negeri-negeri dengan khilafah. Kemudian fase jatuhnya khilafah: Memisahkan agama dengan negara menyebabkan faham nasionalisme menjatuhkan khilafah.
            Terakhir fase sesudah jaatuhnya khilafah yakni sekularisme disegala bidag terutama bidang pengajaran, penerangan atau media, perundang-undangan. Menegakkan nasionalisme serta pembebasan wanita.
            Sasaran perang pemikiran adalah Menjauhkan umat islam dari agama dan Tuhannya, melemahkan islam serta memadamkan cahaya (agama) Allah SWT.
            Perang pemikiran ini lebih berbahaya  dari perang nyata. Ciri-ciri perang qital (perang langsung) yakni saling mengetahui siapa lawan dan siapa kawan, banyak korban jiwa, membutuhkan dana besar, hasilnya belum tentu berhasil serta efeknya terbatas
            Namun, jika perang pemikiran, merupakan perang sepihak, yang lain tidak sadar bahwa mereka diperangi secara perlahan-lahan, korban jiwa relative tidak ada dan bisa dikatakan tidak ada, dana relative sedikit,  hasilnya nyata terlihat seperti blockade dan efeknya sangat luas.
            Metode perang pemikiran adalah tasykik (pandangan atau membuat ragu raguan karena muslimnya dangkal, yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan secara terus menerus sehingga salah dianggap benar dan sebaliknya.Pertam ragu-ragu namun akhirnya menerima.
            Selanjutnya tasywih (pencemaran atau pelecehan), missal hal menggambarkan islam secar buruk. Kemudian Tadlil (penyesatan) dari cara halus ke kasar. dan taqrib (Pembaratan), membangun logika yakni mendorong umat muslim supaya menerima pemikiran barat.
            Penyerangan islam dari dalam dilakukan dengan cara penyebaran faham sekuralisme ( memisahkan antara kehidupan agama dan dunia (bermasyrakat dan lainnya). Penyebarab faham nasionalisme sempit, membunuh roh ukhuwah umat yakni  dengan membuat islam bukan sebagai azas. Serta pengrusakan akhlak umat islam terutama para pemudanya.
            Sarana perang pemikiran adalah media internet, bantuan sosial seperti sumbangan dan beasiswa, pelatihan yang melalui lembaga swadaya masyarakat dan lainnya. (rik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar